tag:blogger.com,1999:blog-64555965042345086592023-11-15T07:00:26.794-08:00DETERMINASIRIJAL BIO_UNG 06http://www.blogger.com/profile/15840523995921340052noreply@blogger.comBlogger2125tag:blogger.com,1999:blog-6455596504234508659.post-11751391456942074832009-06-20T01:40:00.001-07:002009-06-20T01:42:12.324-07:00DETERMINASI<div style="text-align: justify;"><div style="text-align: center;"><meta equiv="Content-Type" content="text/html; charset=utf-8"><meta name="ProgId" content="Word.Document"><meta name="Generator" content="Microsoft Word 11"><meta name="Originator" content="Microsoft Word 11"><link rel="File-List" href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CLAB%7E1.BIO%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtml1%5C01%5Cclip_filelist.xml"><!--[if gte mso 9]><xml> <w:worddocument> <w:view>Normal</w:View> <w:zoom>0</w:Zoom> <w:punctuationkerning/> <w:validateagainstschemas/> <w:saveifxmlinvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid> <w:ignoremixedcontent>false</w:IgnoreMixedContent> <w:alwaysshowplaceholdertext>false</w:AlwaysShowPlaceholderText> <w:compatibility> <w:breakwrappedtables/> <w:snaptogridincell/> <w:wraptextwithpunct/> <w:useasianbreakrules/> <w:dontgrowautofit/> </w:Compatibility> <w:browserlevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel> </w:WordDocument> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:latentstyles deflockedstate="false" latentstylecount="156"> </w:LatentStyles> </xml><![endif]--><style> <!-- /* Style Definitions */ p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal {mso-style-parent:""; margin:0cm; margin-bottom:.0001pt; mso-pagination:widow-orphan; font-size:12.0pt; font-family:"Times New Roman"; mso-fareast-font-family:"Times New Roman";} @page Section1 {size:612.0pt 792.0pt; margin:72.0pt 90.0pt 72.0pt 90.0pt; mso-header-margin:36.0pt; mso-footer-margin:36.0pt; mso-paper-source:0;} div.Section1 {page:Section1;} --> </style><!--[if gte mso 10]> <style> /* Style Definitions */ table.MsoNormalTable {mso-style-name:"Table Normal"; mso-tstyle-rowband-size:0; mso-tstyle-colband-size:0; mso-style-noshow:yes; mso-style-parent:""; mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; mso-para-margin:0cm; mso-para-margin-bottom:.0001pt; mso-pagination:widow-orphan; font-size:10.0pt; font-family:"Times New Roman"; mso-ansi-language:#0400; mso-fareast-language:#0400; mso-bidi-language:#0400;} </style> <![endif]--><span style="color: rgb(51, 51, 255); font-weight: bold;"><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";" lang="IN">DETERMINASI</span></span>
<br /></div><span style="color: rgb(204, 51, 204); font-weight: bold; font-style: italic;">Determinasi yaitu membandingkan suatu tumbuhan dengan satu tumbuhan lain yang sudah dikenal sebelumnya (dicocokkan atau dipersamakan). Karena di dunia ini tidak ada dua benda yang identik atau persis sama, maka istilah determinasi (Inggris to determine = menentukan, memastikan) dianggap lebih tepat daripada istilah identifikasi (Inggeris to identify = mempersamakan (Rifai,1976).</span>
<br /><span style="color: rgb(204, 51, 204); font-weight: bold; font-style: italic;">2.1. Cara Mendeterminasi Tumbuhan</span>
<br /><span style="color: rgb(204, 51, 204); font-weight: bold; font-style: italic;">Untuk mendeterminasi tumbuhan pertama sekali adalah mempelajari sifat morfologi tumbuhan tersebut (seperti posisi, bentuk, ukuran dan jumlah bagian-bagian daun, bunga, buah dan lainlainnya). Langkah berikut adalah membandingkan atau mempersamakan ciri-ciri tumbuhan tadi dengan tumbuhan lainnya yang sudah dikenal identitasnya, dengan menggunakan salah satu cara di bawah ini:</span>
<br /><span style="color: rgb(204, 51, 204); font-weight: bold; font-style: italic;">1. Ingatan</span>
<br /><span style="color: rgb(204, 51, 204); font-weight: bold; font-style: italic;">Pendeterminasian ini dilakukan berdasarkan pengalaman atau ingatan kita. Kita mengenal suatu tumbuhan secara langsung karena identitas jenis tumbuhan yang sama sudah kita ketahui sebelumnya, misalnya didapatkan di kelas, atau pernah mempelajarinya, pernah diberitahukan orang lain dan lain-lain.</span>
<br /><span style="color: rgb(204, 51, 204); font-weight: bold; font-style: italic;">2. Bantuan orang</span>
<br /><span style="color: rgb(204, 51, 204); font-weight: bold; font-style: italic;">Pendeterminasian dilakukan dengan meminta bantuan ahli-ahli botani sistematika yang bekerja di pusat-pusat penelitian botani sistematika, atau siapa saja yang bisa memberikan pertolongan. Seorang ahli umumnya dapat cepat melakukan pendeterminasian karena pengalamannya, dan kalau menemui kesulitan maka dia akan menggunakan kedua cara berikutnya.</span>
<br /><span style="color: rgb(204, 51, 204); font-weight: bold; font-style: italic;">3. Spesimen acuan</span>
<br /><span style="color: rgb(204, 51, 204); font-weight: bold; font-style: italic;">Pendeterminasian tumbuhan dapat juga dilakukan dengan membandingkan secara langsung dengan specimen acuan yang biasanya diberi label nama. Spesimen tersebut bisa berupa tumbuhan hidup, misalnya koleksi hidup di kebun raya. Akan tetapi specimen acuan yang umum dipakai adalah koleksi kering atau herbarium.</span>
<br />
<br />
<br /><span style="color: rgb(204, 51, 204); font-weight: bold; font-style: italic;">4. Pustaka</span>
<br /><span style="color: rgb(204, 51, 204); font-weight: bold; font-style: italic;">Cara lain untuk mendeterminasi tumbuhan adalah dengan membandingkan atau mencocokkan ciriciri tumbuhan yang akan dideterminasi dengan pertelaan-pertelaan serta gambar-gambar yang ada</span>
<br /><span style="color: rgb(204, 51, 204); font-weight: bold; font-style: italic;">dalam pustaka. Pertelaan-pertelaan tersebut dapat dijumpai dalam hasil penelitian botani sistematika yang disajikan dalam bentuk monografi, revisi, flora, buku-buku pegangan ataupun bentuk lainnya.</span>
<br /><span style="color: rgb(204, 51, 204); font-weight: bold; font-style: italic;">5. Komputer</span>
<br /><span style="color: rgb(204, 51, 204); font-weight: bold; font-style: italic;">Berkat pesatnya kemajuan teknologi dan biometrika akan ada mesin elektronika modern yang diprogramkan untuk menyimpan, mengolah dan memberikan kembali keterangan-keterangan tentang tumbuh-tumbuhan. Dengan demikian pendeterminasian tumbuh-tumbuhan nantinya akan dapatn dilakukan dengan bantuan komputer.</span>
<br /><span style="color: rgb(204, 51, 204); font-weight: bold; font-style: italic;">2.2. Aturan Pembuatan Kunci Determinasi</span>
<br /><span style="color: rgb(204, 51, 204); font-weight: bold; font-style: italic;">Kunci determinasi merupakan suatu alat yang diciptakan khusus untuk memperlancar pelaksanaan pendeterminasian tumbuh-tumbuhan. Kunci determinasi dibuat secara bertahap, sampai bangsa saja, suku, marga atau jenis dan seterusnya. Ciri-ciri tumbuhan disusun sedemikian rupa sehingga selangkah demi selangkah si pemakai kunci dipaksa memilih satu di antara dua atau beberapa sifat yang bertentangan,begitu seterusnya hingga akhirnya diperoleh suatu jawaban berupa identitas tumbuhan yang diinginkan.</span>
<br /><span style="color: rgb(204, 51, 204); font-weight: bold; font-style: italic;">Beberapa syarat kunci determinasi yang baik menurut Vogel (1989) antara lain:</span>
<br /><span style="color: rgb(204, 51, 204); font-weight: bold; font-style: italic;">1. Ciri yang dimasukkan mudah diobservasi, karakter internal dimasukkan bila sangat penting.</span>
<br /><span style="color: rgb(204, 51, 204); font-weight: bold; font-style: italic;">2. Menggunakan karakter positif dan mencakup seluruh variasi dalam grupnya.</span>
<br /><span style="color: rgb(204, 51, 204); font-weight: bold; font-style: italic;">Contoh : 1. Leaves opposites</span>
<br /><span style="color: rgb(204, 51, 204); font-weight: bold; font-style: italic;"> 2. Leaves either in whorls, or spirally arranged, or distichous</span>
<br /><span style="color: rgb(204, 51, 204); font-weight: bold; font-style: italic;"> Bukan </span>
<br /><span style="color: rgb(204, 51, 204); font-weight: bold; font-style: italic;"> 1. Leaves opposites</span>
<br /><span style="color: rgb(204, 51, 204); font-weight: bold; font-style: italic;"> 2. Leaves not opposites</span>
<br /><span style="color: rgb(204, 51, 204); font-weight: bold; font-style: italic;">3. Deskripsi karakter dengan istilah umum yang dimengerti orang</span>
<br /><span style="color: rgb(204, 51, 204); font-weight: bold; font-style: italic;">4. Menggunakan kalimat sesingkat mungkin, hindari deskripsi dalam kunci</span>
<br /><span style="color: rgb(204, 51, 204); font-weight: bold; font-style: italic;">5. Mencantumkan nomor couplet</span>
<br /><span style="color: rgb(204, 51, 204); font-weight: bold; font-style: italic;">6. Mulai dari ciri umum ke khusus, bawah ke atas</span>
<br /><span style="color: rgb(204, 51, 204); font-weight: bold; font-style: italic;">2.3. Menggunakan Kunci Determinasi</span>
<br /><span style="color: rgb(204, 51, 204); font-weight: bold; font-style: italic;">Saran-saran dalam penggunaan kunci determinasi:</span>
<br /><span style="color: rgb(204, 51, 204); font-weight: bold; font-style: italic;">1. Kumpulkan informasi sebanyak mungkin tentang ciri tumbuhan yang akan dideterminasi (kalau ada lengkap vegetatif dan generatif)</span>
<br /><span style="color: rgb(204, 51, 204); font-weight: bold; font-style: italic;">2. Pilih kunci yang sesuai dengan materi tumbuhan dan daerah geografi di mana tumbuhan tersebut diperoleh</span>
<br /><span style="color: rgb(204, 51, 204); font-weight: bold; font-style: italic;">3. Baca pengantar kunci tersebut dan semua singkatan atau hal-hal lain yang lebih rinci</span>
<br /><span style="color: rgb(204, 51, 204); font-weight: bold; font-style: italic;">4. Perhatikan pilihan yang ada secara hati-hati</span>
<br /><span style="color: rgb(204, 51, 204); font-weight: bold; font-style: italic;">5. Hendaknya semua istilah yang ada dipahami artinya. Gunakan glossary atau kamus</span>
<br /><span style="color: rgb(204, 51, 204); font-weight: bold; font-style: italic;">6. Bila spesimen tersebut tidak cocok dengan semua kunci dan semua pilihan layaknya tidak kena, mungkin terjadi kesalahan, ulangi ke belakang.</span>
<br /><span style="color: rgb(204, 51, 204); font-weight: bold; font-style: italic;">7. Apabila kedua pilihannya mugkin, coba ikuti keduanya</span>
<br /><span style="color: rgb(204, 51, 204); font-weight: bold; font-style: italic;">8. Konfirmasikan pilihan tersebut dengan membaca deskripsinya</span>
<br /><span style="color: rgb(204, 51, 204); font-weight: bold; font-style: italic;">9. Spesimen yang berhasil dideterminasi sebaiknya diverifikasi dengan ilustrasi atau specimen herbarium yang ada.</span>
<br /><span style="color: rgb(204, 51, 204); font-weight: bold; font-style: italic;">2.4. Jenis-Jenis Kunci Determinasi Tumbuhan</span>
<br /><span style="color: rgb(204, 51, 204); font-weight: bold; font-style: italic;">Menurut Rifai (1976), berdasarkan cara penyusunan sifat-sifat yang harus dipilih maka dikenal tiga macam kunci determinasi, yaitu kunci perbandingan, kunci analisis dan sinopsis. Yang akan dibahas di sini adalah kunci analisis. Kunci analisis merupakan kunci yang paling umum digunakan dalam pustaka. Kunci ini sering juga disebut kunci dikotomi sebab terdiri atas sederetan bait atau kuplet. Setiap bait terdiri atas dua (atau adakalanya beberapa) baris yang disebut penuntun dan berisi ciri-ciri yang bertentangan satu sama lain. Untuk memudahkan pemakaian dan pengacuan, maka setiap bait diberi bernomor, sedangkan penuntunnya ditandai dengan huruf. Pemakai kunci analisis harus mengikuti bait-bait secara bertahap sesuai dengan yang ditentukan oleh penuntun. Dengan mempertentangkan ciri-ciri yang tercantum dalam penuntun-penuntun itu akhirnya hanya akan tinggal satu kemungkinan dan kita dituntun langsung pada nama takson yang dicari. Kunci analisis dibedakan menjadi dua macam berdasarkan cara penempatan bait-baitnya yaitu kunci bertakik (kunci indent) dan kunci paralel.</span>
<br /><span style="color: rgb(204, 51, 204); font-weight: bold; font-style: italic;">Pada kunci bertakik maka penuntun-penuntun yang sebait ditakikkan pada tempat tertentu dari pinggir (menjarak pada jarak tertentu dari pinggir), tapi letaknya berjauhan. Di antara kedua penuntun itu ditempatkan bait-bait takson tumbuhan, dengan ditakikkan lebih ke tengah lagi dari pinggir yang memenuhi ciri penuntun pertama, juga dengan penuntun-penuntun yang dipisah berjauhan. Dengan demikian maka unsure-unsur takson yang mempunyai ciri yang sama jadi bersatu sehingga bisa terlihat sekaligus.</span>
<br /><span style="color: rgb(204, 51, 204); font-weight: bold; font-style: italic;">Penuntun-penuntun kunci paralel yang sebait ditempatkan secara berurutan dan semua baitnya disusun seperti gurindam atau sajak. Pada akhir setiap penuntun diberikan nomor bait yang harus diikuti, dan demikian seterusnya sehingga akhirnya diperoleh nama takson tumbuhan yang dicari. Kunci paralel lebih menghemat tempat, terutama kalau takson tumbuhan yang dicakupnya besar sekali. Buku Flora of Java yang ditulis oleh Backer dan Backuizen van den Brink semuanya ditulis dalam bentuk kunci paralel.</span>
<br /><span style="color: rgb(204, 51, 204); font-weight: bold; font-style: italic;">2.5. Membuat Contoh Kunci Determinasi Sederhana</span>
<br /><span style="color: rgb(204, 51, 204); font-weight: bold; font-style: italic;">Contoh kunci indent :</span>
<br /><span style="color: rgb(204, 51, 204); font-weight: bold; font-style: italic;">A. Pohon tegak atau semak</span>
<br /><span style="color: rgb(204, 51, 204); font-weight: bold; font-style: italic;">B. Petal bagian dalam sangat berbeda dengan bagian luar</span>
<br /><span style="color: rgb(204, 51, 204); font-weight: bold; font-style: italic;">C. Bentuk petal deltoid, ovul tunggal pada masing-masing carpel………..................Annona</span>
<br /><span style="color: rgb(204, 51, 204); font-weight: bold; font-style: italic;"> C. Bentuk petal linier, ovul banyak pada masing-masing karpel………...............Xylopia</span>
<br /><span style="color: rgb(204, 51, 204); font-weight: bold; font-style: italic;"> B. Petal bagian dalam mirip dengan bagian luar</span>
<br /><span style="color: rgb(204, 51, 204); font-weight: bold; font-style: italic;">C. Petal panjang bentuk lanseolatus, ovul banyak………….................................Cananga</span>
<br /><span style="color: rgb(204, 51, 204); font-weight: bold; font-style: italic;">C. Petal bentuk ovatus atau elongates, ovul dua…………………………………Polyalthia</span>
<br /><span style="color: rgb(204, 51, 204); font-weight: bold; font-style: italic;">A. Berupa semak</span>
<br /><span style="color: rgb(204, 51, 204); font-weight: bold; font-style: italic;"> B. Petal menggembung dibagian dasar dan menutupi anther……………..........Artabotrys</span>
<br /><span style="color: rgb(204, 51, 204); font-weight: bold; font-style: italic;">B. Petal lebar dan pipih, tidak menutupi anther………………...........................Uvaria</span>
<br />
<br /><span style="color: rgb(204, 51, 204); font-weight: bold; font-style: italic;">Contoh kunci paralel</span>
<br /><span style="color: rgb(204, 51, 204); font-weight: bold; font-style: italic;">1.a. Pohon tegak atau semak……………………………………………...................2</span>
<br /><span style="color: rgb(204, 51, 204); font-weight: bold; font-style: italic;"> b.Berupa semak………………………………………………………....................5</span>
<br /><span style="color: rgb(204, 51, 204); font-weight: bold; font-style: italic;">2.a. Petal bagian dalam sangat berbeda dengan bagian luar……………...................3</span>
<br /><span style="color: rgb(204, 51, 204); font-weight: bold; font-style: italic;"> b. Petal bagian dalam mirip dengan bagian luar…………………….....................4</span>
<br /><span style="color: rgb(204, 51, 204); font-weight: bold; font-style: italic;">3.a. Bentuk petal deltoid, ovul tunggal pada masing-masing karpel.........................1. Annona</span>
<br /><span style="color: rgb(204, 51, 204); font-weight: bold; font-style: italic;"> b. Bentuk petal linier, ovul banyak pada masing-masing karpel………................6. Xylopia</span>
<br /><span style="color: rgb(204, 51, 204); font-weight: bold; font-style: italic;">4.a. Petal panjang bentuk lanseolatus, ovul banyak……………..............................3.Cananga</span>
<br /><span style="color: rgb(204, 51, 204); font-weight: bold; font-style: italic;"> b. Petal bentuk ovatus atau elongates, ovul dua………….....................................4.Polyalthia</span>
<br /><span style="color: rgb(204, 51, 204); font-weight: bold; font-style: italic;">5.a. Petal menggembung di bagian dasar dan menutupi anther…………...............2. Artabotrys</span>
<br /><span style="color: rgb(204, 51, 204); font-weight: bold; font-style: italic;"> b. Petal lebar dan pipih, tidak menutupi anther…………… .................................5. Uvaria</span>
<br /></div>RIJAL BIO_UNG 06http://www.blogger.com/profile/15840523995921340052noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6455596504234508659.post-30645417940335703512009-06-20T01:40:00.000-07:002009-06-20T01:41:40.821-07:00DETERMINASI<div style="text-align: justify;"><div style="text-align: center;"><meta equiv="Content-Type" content="text/html; charset=utf-8"><meta name="ProgId" content="Word.Document"><meta name="Generator" content="Microsoft Word 11"><meta name="Originator" content="Microsoft Word 11"><link rel="File-List" href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CLAB%7E1.BIO%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtml1%5C01%5Cclip_filelist.xml"><!--[if gte mso 9]><xml> <w:worddocument> <w:view>Normal</w:View> <w:zoom>0</w:Zoom> <w:punctuationkerning/> <w:validateagainstschemas/> <w:saveifxmlinvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid> <w:ignoremixedcontent>false</w:IgnoreMixedContent> <w:alwaysshowplaceholdertext>false</w:AlwaysShowPlaceholderText> <w:compatibility> <w:breakwrappedtables/> <w:snaptogridincell/> <w:wraptextwithpunct/> <w:useasianbreakrules/> <w:dontgrowautofit/> </w:Compatibility> <w:browserlevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel> </w:WordDocument> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:latentstyles deflockedstate="false" latentstylecount="156"> </w:LatentStyles> </xml><![endif]--><style> <!-- /* Style Definitions */ p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal {mso-style-parent:""; margin:0cm; margin-bottom:.0001pt; mso-pagination:widow-orphan; font-size:12.0pt; font-family:"Times New Roman"; mso-fareast-font-family:"Times New Roman";} @page Section1 {size:612.0pt 792.0pt; margin:72.0pt 90.0pt 72.0pt 90.0pt; mso-header-margin:36.0pt; mso-footer-margin:36.0pt; mso-paper-source:0;} div.Section1 {page:Section1;} --> </style><!--[if gte mso 10]> <style> /* Style Definitions */ table.MsoNormalTable {mso-style-name:"Table Normal"; mso-tstyle-rowband-size:0; mso-tstyle-colband-size:0; mso-style-noshow:yes; mso-style-parent:""; mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; mso-para-margin:0cm; mso-para-margin-bottom:.0001pt; mso-pagination:widow-orphan; font-size:10.0pt; font-family:"Times New Roman"; mso-ansi-language:#0400; mso-fareast-language:#0400; mso-bidi-language:#0400;} </style> <![endif]--><span style="color: rgb(51, 51, 255); font-weight: bold;"><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";" lang="IN">DETERMINASI</span></span>
<br /></div><span style="color: rgb(204, 51, 204); font-weight: bold; font-style: italic;">Determinasi yaitu membandingkan suatu tumbuhan dengan satu tumbuhan lain yang sudah dikenal sebelumnya (dicocokkan atau dipersamakan). Karena di dunia ini tidak ada dua benda yang identik atau persis sama, maka istilah determinasi (Inggris to determine = menentukan, memastikan) dianggap lebih tepat daripada istilah identifikasi (Inggeris to identify = mempersamakan (Rifai,1976).</span>
<br /><span style="color: rgb(204, 51, 204); font-weight: bold; font-style: italic;">2.1. Cara Mendeterminasi Tumbuhan</span>
<br /><span style="color: rgb(204, 51, 204); font-weight: bold; font-style: italic;">Untuk mendeterminasi tumbuhan pertama sekali adalah mempelajari sifat morfologi tumbuhan tersebut (seperti posisi, bentuk, ukuran dan jumlah bagian-bagian daun, bunga, buah dan lainlainnya). Langkah berikut adalah membandingkan atau mempersamakan ciri-ciri tumbuhan tadi dengan tumbuhan lainnya yang sudah dikenal identitasnya, dengan menggunakan salah satu cara di bawah ini:</span>
<br /><span style="color: rgb(204, 51, 204); font-weight: bold; font-style: italic;">1. Ingatan</span>
<br /><span style="color: rgb(204, 51, 204); font-weight: bold; font-style: italic;">Pendeterminasian ini dilakukan berdasarkan pengalaman atau ingatan kita. Kita mengenal suatu tumbuhan secara langsung karena identitas jenis tumbuhan yang sama sudah kita ketahui sebelumnya, misalnya didapatkan di kelas, atau pernah mempelajarinya, pernah diberitahukan orang lain dan lain-lain.</span>
<br /><span style="color: rgb(204, 51, 204); font-weight: bold; font-style: italic;">2. Bantuan orang</span>
<br /><span style="color: rgb(204, 51, 204); font-weight: bold; font-style: italic;">Pendeterminasian dilakukan dengan meminta bantuan ahli-ahli botani sistematika yang bekerja di pusat-pusat penelitian botani sistematika, atau siapa saja yang bisa memberikan pertolongan. Seorang ahli umumnya dapat cepat melakukan pendeterminasian karena pengalamannya, dan kalau menemui kesulitan maka dia akan menggunakan kedua cara berikutnya.</span>
<br /><span style="color: rgb(204, 51, 204); font-weight: bold; font-style: italic;">3. Spesimen acuan</span>
<br /><span style="color: rgb(204, 51, 204); font-weight: bold; font-style: italic;">Pendeterminasian tumbuhan dapat juga dilakukan dengan membandingkan secara langsung dengan specimen acuan yang biasanya diberi label nama. Spesimen tersebut bisa berupa tumbuhan hidup, misalnya koleksi hidup di kebun raya. Akan tetapi specimen acuan yang umum dipakai adalah koleksi kering atau herbarium.</span>
<br />
<br />
<br /><span style="color: rgb(204, 51, 204); font-weight: bold; font-style: italic;">4. Pustaka</span>
<br /><span style="color: rgb(204, 51, 204); font-weight: bold; font-style: italic;">Cara lain untuk mendeterminasi tumbuhan adalah dengan membandingkan atau mencocokkan ciriciri tumbuhan yang akan dideterminasi dengan pertelaan-pertelaan serta gambar-gambar yang ada</span>
<br /><span style="color: rgb(204, 51, 204); font-weight: bold; font-style: italic;">dalam pustaka. Pertelaan-pertelaan tersebut dapat dijumpai dalam hasil penelitian botani sistematika yang disajikan dalam bentuk monografi, revisi, flora, buku-buku pegangan ataupun bentuk lainnya.</span>
<br /><span style="color: rgb(204, 51, 204); font-weight: bold; font-style: italic;">5. Komputer</span>
<br /><span style="color: rgb(204, 51, 204); font-weight: bold; font-style: italic;">Berkat pesatnya kemajuan teknologi dan biometrika akan ada mesin elektronika modern yang diprogramkan untuk menyimpan, mengolah dan memberikan kembali keterangan-keterangan tentang tumbuh-tumbuhan. Dengan demikian pendeterminasian tumbuh-tumbuhan nantinya akan dapatn dilakukan dengan bantuan komputer.</span>
<br /><span style="color: rgb(204, 51, 204); font-weight: bold; font-style: italic;">2.2. Aturan Pembuatan Kunci Determinasi</span>
<br /><span style="color: rgb(204, 51, 204); font-weight: bold; font-style: italic;">Kunci determinasi merupakan suatu alat yang diciptakan khusus untuk memperlancar pelaksanaan pendeterminasian tumbuh-tumbuhan. Kunci determinasi dibuat secara bertahap, sampai bangsa saja, suku, marga atau jenis dan seterusnya. Ciri-ciri tumbuhan disusun sedemikian rupa sehingga selangkah demi selangkah si pemakai kunci dipaksa memilih satu di antara dua atau beberapa sifat yang bertentangan,begitu seterusnya hingga akhirnya diperoleh suatu jawaban berupa identitas tumbuhan yang diinginkan.</span>
<br /><span style="color: rgb(204, 51, 204); font-weight: bold; font-style: italic;">Beberapa syarat kunci determinasi yang baik menurut Vogel (1989) antara lain:</span>
<br /><span style="color: rgb(204, 51, 204); font-weight: bold; font-style: italic;">1. Ciri yang dimasukkan mudah diobservasi, karakter internal dimasukkan bila sangat penting.</span>
<br /><span style="color: rgb(204, 51, 204); font-weight: bold; font-style: italic;">2. Menggunakan karakter positif dan mencakup seluruh variasi dalam grupnya.</span>
<br /><span style="color: rgb(204, 51, 204); font-weight: bold; font-style: italic;">Contoh : 1. Leaves opposites</span>
<br /><span style="color: rgb(204, 51, 204); font-weight: bold; font-style: italic;"> 2. Leaves either in whorls, or spirally arranged, or distichous</span>
<br /><span style="color: rgb(204, 51, 204); font-weight: bold; font-style: italic;"> Bukan </span>
<br /><span style="color: rgb(204, 51, 204); font-weight: bold; font-style: italic;"> 1. Leaves opposites</span>
<br /><span style="color: rgb(204, 51, 204); font-weight: bold; font-style: italic;"> 2. Leaves not opposites</span>
<br /><span style="color: rgb(204, 51, 204); font-weight: bold; font-style: italic;">3. Deskripsi karakter dengan istilah umum yang dimengerti orang</span>
<br /><span style="color: rgb(204, 51, 204); font-weight: bold; font-style: italic;">4. Menggunakan kalimat sesingkat mungkin, hindari deskripsi dalam kunci</span>
<br /><span style="color: rgb(204, 51, 204); font-weight: bold; font-style: italic;">5. Mencantumkan nomor couplet</span>
<br /><span style="color: rgb(204, 51, 204); font-weight: bold; font-style: italic;">6. Mulai dari ciri umum ke khusus, bawah ke atas</span>
<br /><span style="color: rgb(204, 51, 204); font-weight: bold; font-style: italic;">2.3. Menggunakan Kunci Determinasi</span>
<br /><span style="color: rgb(204, 51, 204); font-weight: bold; font-style: italic;">Saran-saran dalam penggunaan kunci determinasi:</span>
<br /><span style="color: rgb(204, 51, 204); font-weight: bold; font-style: italic;">1. Kumpulkan informasi sebanyak mungkin tentang ciri tumbuhan yang akan dideterminasi (kalau ada lengkap vegetatif dan generatif)</span>
<br /><span style="color: rgb(204, 51, 204); font-weight: bold; font-style: italic;">2. Pilih kunci yang sesuai dengan materi tumbuhan dan daerah geografi di mana tumbuhan tersebut diperoleh</span>
<br /><span style="color: rgb(204, 51, 204); font-weight: bold; font-style: italic;">3. Baca pengantar kunci tersebut dan semua singkatan atau hal-hal lain yang lebih rinci</span>
<br /><span style="color: rgb(204, 51, 204); font-weight: bold; font-style: italic;">4. Perhatikan pilihan yang ada secara hati-hati</span>
<br /><span style="color: rgb(204, 51, 204); font-weight: bold; font-style: italic;">5. Hendaknya semua istilah yang ada dipahami artinya. Gunakan glossary atau kamus</span>
<br /><span style="color: rgb(204, 51, 204); font-weight: bold; font-style: italic;">6. Bila spesimen tersebut tidak cocok dengan semua kunci dan semua pilihan layaknya tidak kena, mungkin terjadi kesalahan, ulangi ke belakang.</span>
<br /><span style="color: rgb(204, 51, 204); font-weight: bold; font-style: italic;">7. Apabila kedua pilihannya mugkin, coba ikuti keduanya</span>
<br /><span style="color: rgb(204, 51, 204); font-weight: bold; font-style: italic;">8. Konfirmasikan pilihan tersebut dengan membaca deskripsinya</span>
<br /><span style="color: rgb(204, 51, 204); font-weight: bold; font-style: italic;">9. Spesimen yang berhasil dideterminasi sebaiknya diverifikasi dengan ilustrasi atau specimen herbarium yang ada.</span>
<br /><span style="color: rgb(204, 51, 204); font-weight: bold; font-style: italic;">2.4. Jenis-Jenis Kunci Determinasi Tumbuhan</span>
<br /><span style="color: rgb(204, 51, 204); font-weight: bold; font-style: italic;">Menurut Rifai (1976), berdasarkan cara penyusunan sifat-sifat yang harus dipilih maka dikenal tiga macam kunci determinasi, yaitu kunci perbandingan, kunci analisis dan sinopsis. Yang akan dibahas di sini adalah kunci analisis. Kunci analisis merupakan kunci yang paling umum digunakan dalam pustaka. Kunci ini sering juga disebut kunci dikotomi sebab terdiri atas sederetan bait atau kuplet. Setiap bait terdiri atas dua (atau adakalanya beberapa) baris yang disebut penuntun dan berisi ciri-ciri yang bertentangan satu sama lain. Untuk memudahkan pemakaian dan pengacuan, maka setiap bait diberi bernomor, sedangkan penuntunnya ditandai dengan huruf. Pemakai kunci analisis harus mengikuti bait-bait secara bertahap sesuai dengan yang ditentukan oleh penuntun. Dengan mempertentangkan ciri-ciri yang tercantum dalam penuntun-penuntun itu akhirnya hanya akan tinggal satu kemungkinan dan kita dituntun langsung pada nama takson yang dicari. Kunci analisis dibedakan menjadi dua macam berdasarkan cara penempatan bait-baitnya yaitu kunci bertakik (kunci indent) dan kunci paralel.</span>
<br /><span style="color: rgb(204, 51, 204); font-weight: bold; font-style: italic;">Pada kunci bertakik maka penuntun-penuntun yang sebait ditakikkan pada tempat tertentu dari pinggir (menjarak pada jarak tertentu dari pinggir), tapi letaknya berjauhan. Di antara kedua penuntun itu ditempatkan bait-bait takson tumbuhan, dengan ditakikkan lebih ke tengah lagi dari pinggir yang memenuhi ciri penuntun pertama, juga dengan penuntun-penuntun yang dipisah berjauhan. Dengan demikian maka unsure-unsur takson yang mempunyai ciri yang sama jadi bersatu sehingga bisa terlihat sekaligus.</span>
<br /><span style="color: rgb(204, 51, 204); font-weight: bold; font-style: italic;">Penuntun-penuntun kunci paralel yang sebait ditempatkan secara berurutan dan semua baitnya disusun seperti gurindam atau sajak. Pada akhir setiap penuntun diberikan nomor bait yang harus diikuti, dan demikian seterusnya sehingga akhirnya diperoleh nama takson tumbuhan yang dicari. Kunci paralel lebih menghemat tempat, terutama kalau takson tumbuhan yang dicakupnya besar sekali. Buku Flora of Java yang ditulis oleh Backer dan Backuizen van den Brink semuanya ditulis dalam bentuk kunci paralel.</span>
<br /><span style="color: rgb(204, 51, 204); font-weight: bold; font-style: italic;">2.5. Membuat Contoh Kunci Determinasi Sederhana</span>
<br /><span style="color: rgb(204, 51, 204); font-weight: bold; font-style: italic;">Contoh kunci indent :</span>
<br /><span style="color: rgb(204, 51, 204); font-weight: bold; font-style: italic;">A. Pohon tegak atau semak</span>
<br /><span style="color: rgb(204, 51, 204); font-weight: bold; font-style: italic;">B. Petal bagian dalam sangat berbeda dengan bagian luar</span>
<br /><span style="color: rgb(204, 51, 204); font-weight: bold; font-style: italic;">C. Bentuk petal deltoid, ovul tunggal pada masing-masing carpel………..................Annona</span>
<br /><span style="color: rgb(204, 51, 204); font-weight: bold; font-style: italic;"> C. Bentuk petal linier, ovul banyak pada masing-masing karpel………...............Xylopia</span>
<br /><span style="color: rgb(204, 51, 204); font-weight: bold; font-style: italic;"> B. Petal bagian dalam mirip dengan bagian luar</span>
<br /><span style="color: rgb(204, 51, 204); font-weight: bold; font-style: italic;">C. Petal panjang bentuk lanseolatus, ovul banyak………….................................Cananga</span>
<br /><span style="color: rgb(204, 51, 204); font-weight: bold; font-style: italic;">C. Petal bentuk ovatus atau elongates, ovul dua…………………………………Polyalthia</span>
<br /><span style="color: rgb(204, 51, 204); font-weight: bold; font-style: italic;">A. Berupa semak</span>
<br /><span style="color: rgb(204, 51, 204); font-weight: bold; font-style: italic;"> B. Petal menggembung dibagian dasar dan menutupi anther……………..........Artabotrys</span>
<br /><span style="color: rgb(204, 51, 204); font-weight: bold; font-style: italic;">B. Petal lebar dan pipih, tidak menutupi anther………………...........................Uvaria</span>
<br />
<br /><span style="color: rgb(204, 51, 204); font-weight: bold; font-style: italic;">Contoh kunci paralel</span>
<br /><span style="color: rgb(204, 51, 204); font-weight: bold; font-style: italic;">1.a. Pohon tegak atau semak……………………………………………...................2</span>
<br /><span style="color: rgb(204, 51, 204); font-weight: bold; font-style: italic;"> b.Berupa semak………………………………………………………....................5</span>
<br /><span style="color: rgb(204, 51, 204); font-weight: bold; font-style: italic;">2.a. Petal bagian dalam sangat berbeda dengan bagian luar……………...................3</span>
<br /><span style="color: rgb(204, 51, 204); font-weight: bold; font-style: italic;"> b. Petal bagian dalam mirip dengan bagian luar…………………….....................4</span>
<br /><span style="color: rgb(204, 51, 204); font-weight: bold; font-style: italic;">3.a. Bentuk petal deltoid, ovul tunggal pada masing-masing karpel.........................1. Annona</span>
<br /><span style="color: rgb(204, 51, 204); font-weight: bold; font-style: italic;"> b. Bentuk petal linier, ovul banyak pada masing-masing karpel………................6. Xylopia</span>
<br /><span style="color: rgb(204, 51, 204); font-weight: bold; font-style: italic;">4.a. Petal panjang bentuk lanseolatus, ovul banyak……………..............................3.Cananga</span>
<br /><span style="color: rgb(204, 51, 204); font-weight: bold; font-style: italic;"> b. Petal bentuk ovatus atau elongates, ovul dua………….....................................4.Polyalthia</span>
<br /><span style="color: rgb(204, 51, 204); font-weight: bold; font-style: italic;">5.a. Petal menggembung di bagian dasar dan menutupi anther…………...............2. Artabotrys</span>
<br /><span style="color: rgb(204, 51, 204); font-weight: bold; font-style: italic;"> b. Petal lebar dan pipih, tidak menutupi anther…………… .................................5. Uvaria</span>
<br /></div>RIJAL BIO_UNG 06http://www.blogger.com/profile/15840523995921340052noreply@blogger.com1